Profile

Sejarah Singkat


Kebutuhan masyarakat akan pendidikan dasar yang berkualitas berkembang luas di Indonesia, termasuk di Kabupaten Jepara. Kebutuhan ini seiring dengan tumbuhnya kesadaran masyarakat akan kompleksitas tantangan era globalisasi pada satu sisi, dan adanya stagnasi mutu lembaga-lembaga pendidikan baik yang dikelola pemerintah maupun swasta/masyarakat pada sisi yang lain

Sebagaimana pendidikan dalam kultur religius di Indonesia, dunia pendidikan masih dibedakan menjadi dua bagian, yaitu pendidikan umum (mengajarkan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi) dan pendidikan keagamaan (mengajarkan penguasaan ilmu-ilmu keagamaan/keislaman). Dipagi hari anak-anak sekolah di SD/MI, dan dilanjutkan pada sore hari di madrasah diniyyah (sekolah keagamaan) dengan ruang dan tempat yang berbeda. Keduanya memiliki persamaan pada aspek pembangunan mental moral-etika dan karakter peserta didik. Belakangan model ini (sekolah pagi dan sore) mulai kurang mendapatkan sambutan dan cendrung ditinggalkan. Karena berbagai sebab, orang tua/masyarakat kini lebih memilih sekolah dasar yang “mengintegrasikan” keduanya dalam satu sistem pengajaran pendidikan dasar yang dikelola oleh satu managemen sekolah, yang kemudian dikenal dengan sebutan sekolah dasar terpadu, sering dikenal pula dengan sebutan  full day school.

Di jaman globalisasi ini bahasa asing (inggris dan arab) sangat mutlak diajarkan sejak pendidikan dasar. Interaksi dan pergaulan umat manusia antar negara dan bangsa di dunia mengharuskan generasi kita mampu berkomunikasi dengan bahasa dunia (Inggris). Sementara bahasa Arab sangat penting bagi pemahaman dan pengembangan quran dan ilmu-ilmu keagamaan lainnya. Banyak kaum berpendidikan di lingkungan kita bisa berbahasa arab tapi sangat jarang bisa berbahasa Inggris. Metode pembelajaran menggunakan PAKEM (Pendidikan Aktif Kreatif dan Menyenangkan) masih lemah di sekolah sekolah dasar pada umumnya. Model ceramah dimana dimana guru menjadi pusat pembelajaran (teacher centered) sudah tidak relevan. Sudah jamannya menggunakan metode pembelajaran active (active learning) yang menjadikan anak sebagai pusat pembelajaran (student centered) sehingga pemeblajaran menjadi jauh lebih bermakna (better teaching and learning).